Sunday, September 2, 2012

Rekor Terendah Lapisan Es Arktik


   WASHINGTON DC, SENIN-  Para ilmuwan di AS mengaku terkejut dengan temuan terbaru bahwa lapisan es di kawasan Arktik di sekitar Kutub Utara telah menyusut hingga titik terendah sejak pengamatan di kawasan itu dimulai. Temuan ini menunjukkan scenario buruk pemanasan global diduga telah terjadi.
      Data terbaru dari Pusat Data Es dan Salju Nasional AS (NSIDC) dan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), Senin, menunjukkan lapisa es di Arktik menyusut hingga hanya tersisa 4,09 juta kilometer persegi pada musim panas tahun ini. Luasan lapisan e situ diperkirakan masih akan terus menyusut mengingat musim panas masih akan berlangsung beberapa pekan lagi.
      Luasan e situ melampaui rekor terendah yang tercatat pada 18 September 2007,yakni 4,17 juta kilometer persegi. Luasan es yang tercatat dalam lima hari terakhir itu juga merupakan rekor terendah sejak pemantauan lapisan es Arktik dimulai tahun 1979.
      Kawasan kutub Utara pada dasarnya adalah samudra yang membeku. Pada puncak musim dingin, lapisan es  di Arktik bisa mencapai luas 15,54 juta kilometer persegi.
      Menurut ilmuwan dari NSIDC,Walt Meier, kawasan tersebut kehilangan lapisan es seluas 155.000 kilometer persegi setiap tahun karena kenaikan suhu Bumi. “Dulu lapisan es di Arktik bagaikan es batu raksasa. Bagian pinggirnya bisa meleleh,tetapi secara keseluruhan masih utuh. Namun, sekarang lapisan itu seperti remukan es. Paling tidak sebagian Arktik telah menjadi semacam es serut raksasa yang lebih mudah dan lebih cepat meleleh,”tutur Meier.
Perubahan Iklim
      Penyusutan es besar-besaran tahun ini dianggap luar biasa karena tidak ada factor iklim di luar kebiasaan yang bisa memicu pencairan es besar-besaran. Para ilmuwan langsung menunjukkan pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca sebagai pemicunya.
      Ilmuwan lain dari NSIDC, Ted Scambos, mengatakan, memang ada badai yang membuat es di Arktik mencair awal bulan ini. Namun, secara umum, penyusutan lautan es secara dramatis, lapisan es yang terus menipis, dan suhu udara yang hangat hanya bisa dijelaskan sebagai gejala perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca.
      Michael E Mann, Direktur Earth  System Science Center di Penn State University, menambahkan, data terbaru ini me nunjukkan skenario terburuk model perubahan iklim yang dibuat beberapa tahun lalu telah mulai terjadi. “Ada sejumlah kawasan yang menunjukkan perubahan iklim terjadi lebih cepat dan dengan skala lebih besar daripada yang diramalkan model tersebut,”papar Mann.
      Ilmuwan NASA, Waleed Abdalati, mengatakan, penyusutan ini adalah tahap awal dari hilangnya sama sekali lapisan es di Arktik pada musim panas di masa depan. “Mengapa kita peduli? Karena es ini adalah faktor penting dalam menentukan iklim dan kondisi cuaca yang menaungi perkembangan peradaban modern selama ini,’ujar Abdalati.(AFP/AP/REUTERS/DHF)

Opini
Inilah akibat dari pola hidup manusia yang selama ini tidak memperhatikan keadaan lingkungan hidup dan Buminya sendiri. Selama ini kebanyakan manusia melakukan perusakan alam seperti penggundulan hutan, pemakaian bahan bakar fosil, pembakaran hutan untuk dijadikan perkebunan tanpa memperhatikan efek untuk kedepannya. Maka dari itu manusia harus merubah pola hidup menjadi yang ramah lingkungan.
Kesimpulan
Dari artikel di atas dapat diketahui bahwa perubahan iklim memicu pencairan es di Arktik yang dapat membuat kenaikan level air laut dan dapat juga menimbulkan tenggelamnya daratan di Bumi. Ini merupakan hal yang harus dapat kita atasi dengan banyak cara seperti penanaman kembali huatan yang gundul, memakai bahan bakar yang ramah lingkungan, mendaur ulang sampah agar tidak terjadi polusi, dan juga hemat listrik.

0 comments:

Post a Comment